Pak Maksum dan Sepeda Motor Bututnya - perjuangan seorang ayah demi mengantar putranya belajar menghafal al-Qur’an.



SUATU malam pada Selasa, 19 Juli 2016. Para santri dan pengasuh Ma’had Tahfidz Quran Darul Hijrah, Surabaya, Jawa Timur, sudah akan beristirahat. Tiba-tiba datang serombongan pemuda dengan tergopoh gopoh.

“Pak, (di sini) ada santri baru bernama Rahmatullah dari Blitar?” tanya salah satu dari pemuda tersebut.

“Ada, Mas. Ada yang bisa dibantu?” jawab seorang pengasuh Darul Hijrah sambil bertanya balik.

“Ini ada bapaknya sedang mencari-cari.”

Subhanallah, setelah dilihat keluar,

Usut punya usut, ternyata Pak Maksum, nama orangtua itu, berangkat dari Blitar bermaksud mengantar putranya ke Darul Hijrah. Tapi ia ketinggalan kereta dan sang putra sudah berangkat duluan dengan gurunya.



tampak sesosok bapak tua berbaju taqwa,  bersongkok putih, dan bersandal jepit. Ia terlihat kelelahan.

Akhirnya, Pak Maksum nekat berangkat sendiri dengan sepeda motor tuanya. Roda dua ini begitu memprihatinkan. Tanpa lampu, joknya berupa tumpukan karpet bekas yang diikat karen bekas ban, pun tidak ada plat nomor polisinya.

Sepeda motor itu pun tidak jelas mereknya apa dan produksi tahun berapa. Di bagian belakangnya, ada tas yang diikat serta plastik hitam putih berisi air minum dan bekal apa adanya.

Dalam perjalanannya ratusan kilometer menuju ma’had tahfidz itu, Pak Maksum bertanya ke sana ke mari.

Tapi tidak kunjung ketemu karena ia agak lupa nama pesantren ini. Lokasi pastinya juga ia belum tahu. Sementara daya baterai HP-nya sudah habis dan sepeda motornya mogok.

Akhirnya, bertemulah orangtua itu dengan sekumpulan pemuda baik tersebut. Mereka langsung berusaha membantu Pak Maksum. Ada yang memperbaiki motornya, men-charge HP-nya, mencarikan makan-minum, membuka internet untuk mencari tujuannya, memberikan uang, sampai mengantarnya ke Darul Hijrah.

Subhanallah! Luar biasa tekad dan mujahadah Pak Maksum untuk  memastikan putranya bisa belajar menghafal al-Qur’an. Luar biasa pula kebaikan para pemuda itu.

Pak Maksum (kanan) dan sepeda motor bututnya.
Pak Maksum (kanan) dan sepeda motor bututnya.

Sepeda Pancal

Pekerjaan Pak Maksum di kampungnya adalah mengumpulkan barang bekas dengan modal sepeda motor bututnya. Umurnya 52 tahun, tapi tampak lebih tua, mungkin karena beratnya pekerjaannya.

Sebenarnya sudah biasa dia berjalan jauh. Bahkan mengayuh sepeda pancal dari Blitar ke Malang dan Surabaya sambil membonceng putranya untuk mengaji.

Ketika ditanya, “Apa tidak khawatir naik sepeda motor tanpa lampu malam-malam?”

Dia menjawab, “Alhamdulillah, sudah biasa, yang penting berusaha untuk tidak menabrak dan ditabrak.”

Dia sangat bahagia dengan sepeda motornya karena bisa mengantar istri dan anak-anaknya pergi-pulang pengajian atau ke sekolah menimba ilmu. Tidak ada rasa gengsi atau malu yang seringkali menghalangi orang untuk bersyukur.

Ternyata, banyak orang unik dan luar biasa semangat hidup dan cita-citanya. Seolah menampar orang-orang yang suka mengeluhkan kehidupannya, padahal sudah ada fasilitas hidup yang luar biasa dibandingkan Pak Maksum ini.

Juga masih banyak orang baik seperti para pemuda di atas. Orang-orang dengan niat baik insya Allah akan ditolong Allah melalui orang-orang yang baik juga.

Ini adalah kisah inspiratif di hari pertama saya mengantar anak bersekolah di Darul Hijrah, Jl Kejawan Putih Tambak, Mulyorejo, Surabaya.* Abdul Ghofar Abu Yasin, warga Balikpapan, Kalimantan Timur, warga Balikpapan, Kalimantan Timur

Rep: Admin Hidcom
Editor: Muhammad Abdus Syakur

Sumber
Pak Maksum dan Sepeda Motor Bututnya - perjuangan seorang ayah demi mengantar putranya belajar menghafal al-Qur’an. Pak Maksum dan Sepeda Motor Bututnya - perjuangan seorang ayah demi mengantar putranya belajar menghafal al-Qur’an. Reviewed by Unknown on 6:46 AM Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.